Dosen dan Mahasiswa Dari Malang Kagumi Omah Pasinaon

KARANGMOJO, kabarhandayani.-- Tempat belajar tidaklah harus berada di sekolah, perguruan tinggi atau lembaga pendidikan formal lainnya. Begitu juga yang dilakukan oleh Karang Taruna Padukuhan Karangmojo, Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Gunungkidul.

Yudan Hermawan (24) Ketua komunitas Omah Pasinaon menjelaskan, Omah Pasinaon adalah komunitas atau sanggar belajar masyarakat yang dikemas untuk mewadahi masyarakat dari balita hingga dewasa. Terdapat banyak kegiatan mulai dari Posyandu, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), kegiatan Program Kesejahteraan Keluarga (PKK), Kegiatan pemberantasan buta huruf, kegiatan kesenian meliputi karawitan dan reog, Taman Bacaan Masyarakat (TBM).

Yudan mengaku merintis komunitas Omah Pasinaon sejak tahun 2007 bersama dengan Karang Taruna Padukuhan Karangmojo, Desa Bejiharjo. Untuk melaksanakan kegiatan Yudan mengumpulkan dana sukarela dari masyarakat, teman, Corporate Social Responsibility (CSR), Dinas Pendidikan kabupaten dan Provinsi, Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah (KPAD). Sampai pada akhirnya pada tahun 2010 Omah Pasinaon mendapatkan perhatian dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Omah Pasinaon kemudian dijadikan laboratorium lapangan jurusan Pendidikan Luar Sekolah (PLS)  oleh UNY.

Yudan melanjutkan alasan mendirikan Omah Pasinaon yang paling mendasar adalah untuk meningkatkan kemampuan masyarakat akan arti penting pendidikan, tujuannya dengan pendidikan yang memadahai kesejahteraan masyarakat meningkat.

“Harapannya tercipta budaya belajar masyarakat dan mewujudkan masyarakat Desa Bejiharjo dikenal sebagai masyarakat yang mampu memandang masa depan melalui pendidikan yang berbudaya,” jelas Yudan.

Jumat (13/6/2014) Omah Pasinaon mendapatkan kunjungan dari Malang, Jawa Timur. Puluhan mahasiswa Universitas Negeri Malang jurusan Pendidikan Luar Sekolah (PLS) fakultas Ilmu Pendidikan melakukan kegiatan kuliah kerja lapangan di Omah Pasinaon.

Muhammad Iskhak Maulana dosen pembimbing dari Universitas Negeri Malang menjelaskan, setiap angkatan mahasiswa diberikan tugas kuliah kerja lapangan. Diantaranya adalah mengunjungi dan diskusi dengan para praktisi pendidikan luar sekolah.

“Kemarin kami belajar dari praktisi diantaranya dengan Kak Seto, Dik Doang, kemudian ke sini (Omah Pasinaon),” jelasnya.

Muhammad Iskhak mengaku, setiap kali bertemu dengan dosen-dosen PLS se Indonesia selalu saja Omah Pasinaon muncul dalam berbagai diskusi. Sehingga Omah Pasinaon menjadi salah satu tujuan belajar yang harus disinggahi mahasiswa PLS.

“Konsep Omah Pasinaon betul-betul menyatu dengan masyarakat, sesuai dengan kebutuhan dan nyata kegiatannya. Ini yang disebutkan pendidikan harus berbasis budaya lokal, saya baru menemukan di sini. Banyak kegiatan kesenian yang dikemas cerdas tanpa meninggalkan budaya lokalnya, jadi jargon pendidikan harus berbasis budaya lokal itu tidak hanya jadi teori dan hafalan saja tetapi harus diaplikasikan,” katanya.

Muhammad Iskhak memprediksi, Omah Pasinaon pasti akan segera banyak dikunjungi oleh perguruan tinggi di Indonesia dan pelaku-pelaku pendidikan non formal.

Sementara itu Hidayatullah salah satu mahasiswa Universitas Negeri Malang menyatakan, sangat terharu dan memberikan apresiasi kepada Omah Pasinaon, pasalnya selama kegitan seminggu ini, hanya Omah Pasinaon yang memberikan sambutan yang luar biasa. Kesenian yang ditampilkan menghibur dan cerdas, banyak pesan moral yang disampaikan. Omah pasinaon memberikan isnpirasi kepada mahasiswa tentang konsep belajar non formal yang berbudaya. (Hery_Fosil/Redaksi)

Sumber : kabarhandayani