Studium Generale Jurusan PLS : Membedah Peluang dan Tantangan Kerja di Dinas Pendidikan Kota Balikpapan dan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Kemensos RI

Jumat (18/9). Tahun 2015, Jurusan PLS FIP UNY kembali menggelar Studium Generale. Studium Generale ini mengambil tema “Peluang dan Tantangan Kerja Lulusan PLS” , menghadirkan 2 pembicara dari alumni PLS tahun 1988 dan  1985, yaitu Dr. Istiana Hermawati, M.Sos yang sekarang bekerja di B2P3KS Jogjakarta dan Drs. Buntoro, M.M (Kabid PLS Dinas Pendidikan dan Olahraga Kota Balikpapan), di Ruang Abdullah Sigit FIP UNY. Dalam sambutannya, Wakil Dekan I, Dr. Sugito, M.A mengatakan bahwa saat ini peluang kerja di dunia PLS mulai redup karena eranya sudah berbeda. Dahulu lulusan PLS tinggal memilih pekerjaan dan penghasilan. Oleh karena itu, arahan seperti inilah yang dibutuhkan oleh calon lulusan PLS.  “Gunakanlah pengalaman dari pembicara sebagai referensi untuk melangkah” ungkap Dr. Sugito.

Dalam kaitannya dengan dunia kerja, Buntoro bukan orang baru di PLS, dia sangat paham mengenai bidang yang diembannya. Beliau mengungkapkan pernah 10 tahun bekerja di sektor swasta, yang kemudian hari, hati nuraninya meminta dirinya untuk kembali mengabdi di bidang PLS. Dedikasi dan loyalitasnya pun tinggi, mengabdi untuk kemajuan dunia pendidikan khususnya di Kota Balikpapan.

“Pendidikan merupakan hak semua anak bangsa. Kami buka pintu seluasnya, banyak semua komponen masyarakat untuk menimba ilmu. Termasuk melalui pendidikan luar sekolah, nah bidang ini yang saya emban,” ungkap Buntoro

Sejauh ini Buntoro juga cukup memberi kontribusi bagi dunia pendidikan luar sekolah di kota ini. Dukungan dan pembinaannya bagi sanggar belajar atau kelompok-kelompok belajar, dilakukan dengan komitmen tinggi. Termasuk kegiatan-kegiatan Asah Pena Balikpapan yang dipimpin Hj Arita Rizal Effendi, Buntoro juga mendukung penuh.

Narasumber berikutnya yaitu Dr. Istiana Hermawati, M.Sos. Mengawali paparannya, Dr. Istiana Hermawati, M.Sos, mengingatkan kembali tentang mengapa masuk jurusan PLS? apakah karena kesadaran & keinginan sendiri, pengaruh pihak lain atau alasan lainnya. Sejenak peserta merenung dan dengan kompak menjawab “kesasaran dan keinginan”. Setelah menyakinkan para pesreta tentang alasan masuk jurusan PLS, Isti, panggilan akrab Dr. Istiana, menjelaskan tentang masalah yang dihadapi lulusan PLS, yaitu daya serap lulusan PLS di dunia kerja relative rendah,  : (1) ketersedian lapangan krja yang terbatas, (2) softskill yang dimiliki lulusan masih rendah, relative belum memenuhi keinginan pasar/lapangan kerja, (3) kurikulum pembelajaran kurang dinamis, cenderung fokus pada hal hal yang bersifat mikro sementara tuntutan kerja menghendaki juga penguasaan luluasan pada hal hal yang bersifat mezo dan makro.

Lebih lanjut, Isti mencoba memberikan gambaran peluang kerja yang mungkin bisa diakses oleh lulusan PLS di Kemensos RI. “Beberapa profesi yang relevan diantaranya sebagai pelaksana/pendamping program di Dirjen Perlindungan dan Jaminan Sosial, Dirjen Rehabilitasi Sosial, Dirjen Pemberdayaan Sosial, Dirjen Penanganan Fakir Miskin, serta sebagai widyaisawara, peneliti, penyuluh, asesor pada Badan Pendidikan, Penelitian, dan Penyuluhan sosial.

Di akhir sesi, Isti memberikan rekomendasi untuk jrusan PLS terkait ketrampilan yang harus dimiliki oleh mahasiswa. “Sebagai pendampang program, mahasiswa harus paham program yg didampingi, mampu melakukan assesment, merencanakan dan mengembangkan program, mampu melakukan intervensi program/pendampingan terstandar, bisa bekerjasama dan berkoordinasi dengan banyak pihak terkait, paham dan mampu menerapkan andragogi, bisa memotivasi sasaran, bisa mengevaluasi program, dan membuat laporan, tahu dan bisa mengoperasikan IT”, ujarnya. “Sebagai peneliti mahasiswa harus mampu menyusun desain penelitian, melaksanakan penelitian dengan pendekatan dan metode yang relevan, menganalisis data penelitian, membuat laporan penelitian dan mempublikasikan hasil penelitian, tahu dan bisa mengoperasikan IT”, lanjutnya. “Sebagai Widyaiswara mahasiswa harus dapat mengelola pembelajaran (merencanakan, menyusun, melaksanakan & mengevaluasi pembelajaran), memiliki kompetensi pribadi, kompetensi sosial dan kompetensi substantif, tahu dan bisa mengoperasikan IT”, tambah Isti. Sebagai penyuluh sosial mahasiswa harus mampu mencari informasi terkait kelembagaan, personal, kebijakan dan program kesejahteraan sosial; mampu mengolah informasi dan menyampaikan informasi tersebut kepada audience. tahu dan bisa mengoperasikan IT, terkahir sebagai pengembang masyarakat mahasiswa harus mampu menguasai metode dan teknik pengembangan masyarakat, bisa menjalin relasi sosial,/jaringan kemitraan bisa  menggali dan memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat, bisa menggerakkan masyarakat, bisa merancang & melakukan perubahan dlm kehidupan masyarakat, mampu bertindak sebagai fasilitator, dinamisator, katalisator, dsb, tahu dan bisa mengoperasikan IT. (ant/mata)