Creative Fundrising untuk Lembaga Nirlaba

Senin, 02/05). Mendirikan lembaga nirlaba yang berbasis kolektif maupun komunitas memang tidak mudah.  Hal ini ditenggarai masalah finansial yang terus mendera sehingga satu per satu lembaga nirlaba yang sesungguhnya memiliki tujuan mulia rubuh satu per satu. Padahal, banyak sekali lembaga nirlaba berbasis pendidikan yang didirikan untuk tujuan memberantas kebodohan. Pendirian lembaga-lembaga tersebut dimaksudkan untuk membantu sesama  dengan tulus tanpa mengharapkan profit sedikit pun.

Sayangnya, lembaga-lembaga nirlaba pendidikan itu harus menghadapi persoalan finansial sehingga kehidupannya pun mengalami pasang surut. Dengan tidak adanya pemasukan, tentu lembaga nirlaba mengalami beberapa kesulitan dalam menjalankan programnya. Sementara itu, kehidupan lembaga tetap harus berjalan guna membantu mencerdaskan bangsa.

Menyikapi hal ini, Bentang Pustaka bekerjasama dengan Forum Taman Baca Masyarakat (FTBM) DIY serta  jurusan Pendidikan Luar Sekolah (PLS) UNY  mengadakan talkshow bertajuk “Fundrising Kreatif untuk Lembaga Nirlaba”. Menghadirkan pembicara Andri Rizki Putra (penulis buku Orang Jujur Tidak Sekolah), talkshow Senin, 02 Mei 2016 bertempat di Ruang Abdullah Sigit FIP UNY. Acara yang juga diselenggarakan dalam rangka memperingati hari pendidikan ini  dimulai pukul 08:00-10:30.

Dalam paparannya tentang materi funding, Andri menyampaikan banyak orang mengatakan bahwa funding is everything. "Itu memang bukan hal yang salah, tetapi, jangan kemudian terlalu fokus untuk funding tanpa melakukan kegiatan apapun", paparnya. "Pada awal berdirinya YPAB ini dapat dikatakan menggunakan funding yang sangat minim, karena dananya 0 rupiah", tambahnya. Rumah belajar yang ada hanya memanfaatkan garasi rumah, padahal ada 3 cabang yaitu di Tanah Abang, Bintaro, dan Medan.
 
“... rencana yang sempurna itu akan menjadi percuma
Kalau tidak bisa direalisasikan, even 1 %nya...”
 
Lebih lanjut Andri menyampaikan kemampuan yang penting untuk dimiliki adalah kemampuan mengambil sebuah resiko, tetapi resiko ini juga harus dapat diukur untuk memanajemen resiko tersebut. Seperti contohnya ketika akan mendirikan YPAB ini sebelumnya perlu turun langsung di masyarakat mencari apa yang dibutuhkan oleh masyarakat yang tidak berpendidikan tinggi tersebut serta melakukan riset hingga terkumpul keberanian untuk mendirikan YPAB. Sehingga semua hal tersebut bersifat gradual, tidak langsung kemudian berdiri.
Funding di YPAB diukur dengan penggunaan dana yang realistis, caranya dengan melakukan market research dengan terjun langsung ke masyarakat dan studi banding ke organisasi lain yang lebih berpengalaman. YPAB hanya menerima funding yang sesuai dengan visi dan misi YPAB. Sehingga, funding dari partai politik dan hal lain yang tidak sesuai maka tidak akan diterima.
 
Hal yang perlu diperhatikan organisasi/yayasan untuk melakukan kerjasama kemitraan: 1) Clear and consise line of activities. Paparkan tentang yayasan/organisasi secara simpel dan dengan tujuan yang jelas, serta visi dan misi yang jelas. 2) Accountable organization. Untuk menjadi organisasi yang terpercaya maka harus transparan dalam bidang penggunaan dana serta follow the rules. Dan, “Small but impactfull”. 3) Networking. Relasi akan ada jika point 1 dan 2 sudah ada. Networking tidak harus dengan orang besar, karena yang terpenting adalah sejalan dengan visi dan misi. Selain kemitraan funding, ada juga kemitraan non funding misalnya indorelawan. Hal yang terpenting dari networking adalah kepercayaan serta komunikasi yang intens dengan mitra.
 
Untuk mengembangkan  Networking, Andri menambahkan ada kemampuan yang harus dimiliki, yaitu a) Be humble. Rendah hati dan berbuat baiklah kepada siapapun. b) Treat people with respect. Setiap orang butuh menghargai dan dihargai. c) Always listening. Setiap orang perlu mendengar pendapat orang lain sebagai kritik untuk diri. (mata)